Minggu, 06 September 2009

Susahnya Tutup Buku

Gara-gara putus pacaran, rasanya 40 persen persediaan air di tubuh kita berkurang lewat air mata. Gimana nggak, setiap pengen tidur, waktu lagi belajar di sekolah, pas lagi di mobil pas mau pulang ke rumah, yang terngiang di otak cuma dia, yang selalu sukses bikin kita nangis. Yes, it`s all about him, him, and him. Padahal kita sadar sesadar-sadarnya. Bahwa tiap kali kenangan itu muncul, kita justru semakin merasa sakit hati!

Hard to let go
Kenapa kita bisa segitu terobsesinya dengan sosok yang sudah pergi itu ? Hmmmm , mungkin karena manusia cenderung menjaga kesimbangan dalam tubuhnya. Ketika keadaan seimbang itu jadi pincang (karena kepergian seseorang), akhirnya kita jadi panic dan merasa nggak nyaman (baca: mellow mode on). Simpelnya kita jadi begitu sedih karena belum bisa melepaskan orang yang yang kita saying tersebut. Kita ternyata belum menerima perpisahan itu.
Ben Swanson, Ph.D., seorang konselor dari Boise State University, Amerika, mengemukakan beberapa kemungkinan penyebab seseorang nggak bisa move on dari kesedihannya. Tindakan ini sebenarnya masih wajar bila dilakukan dalam skala ringan. Tapi kalau keterusan, bisa-bisa kita jadi stress dan depresi. Gawat , kan ? Nih, beberapa faktor yang mungkin menyebabkan kita nggak bisa melupakan dia:

# Hukuman!
dalam beberapa kasus, peristiwa sedih berkepanjangan ini menjadi semacam hukuman bagi diri sendiri, maupun pacar atau sahabat yang meninggalkan kita. Buat yang menjadikan itu sebagai hukuman bagi dirinya, kemungkinan dia menjadi sumber penyebab putusnya hubungan. Karena itu dia mencoba menghukum diri sendiri dengan terus-menerus bersedih (dan mungkin memarahi dirinya). Nah, buat yang yang menjadikan itu sebagai hukuman bagi orang yang meninggalkannya, perilaku ini sebenarnya merupakan bentuk kekerasan terselubung! Hehehe… Soalnya dia melakukan itu supaya pacar atau sahabatnya itu merasa bersalah telah meninggalkannya. Wah, tricky juga, ya.

# Masih berharap
Kitta juga bisa jadi sangat susah melupakan seseorang ketika kita masih berharap banyak terhadap hubungan itu.



Selama kita masih berharap bisa balik lagi sama pacar, atau terjadi keajaiban di mana orang-orang itu datang kembali, maka kita akan susah melupakan mereka. Kenapa ? Karena kita seperti sedang menyangkal situasi yang sesungguhnya terjadi. “Ah, aku sama dia masih baik-baik aja, kok ! Ini tuh cuma break sebentar aja. Nanti juga dia bakal balik lagi ke aku,” gitu kira-kira yang ada di pikiran kita.

# What am I gonna with you ?
Khususnya buat mereka yang sudah menjalin hubungan cukup lama, terkadang mucul perasaan ‘nggak berdaya’ ketika harus menjadi single fighter, tanpa kehadiran orang-orang yang kita saying tersebut. Alhasil kita jadi semakin kepikiran dan memiliki kebutuhan yang sangat besar agar selalu bisa bersama dengan mereka.

# Fear of change
Putus hubungan dengan seseorang tentu saja membawa perubahan. Nah, banyak orang yang gagal beradaptasi dengan perubahan ini. Ciri khas orang yang takut dengan perubahan biasanya nggak cocok dengan kondisinya yang baru dan terus memikirkan tentang berbagai kejadian indah di masa lalu, yang notabene sudah nggak terjadi lagi saat ini. Hmmmmmmm…

Move On

Dalai Lama pernah mengemukakan pemikirannya mengenai konsep waktu. Menurutnya seringkali kita nggak bisa hidup di masa kini, karena terlalu pusing memikirkan keadaan kita saat ini. Gambarannya nih, coba kita bernafas dan hitung kapan waktu persisnya kita bernafas. Nah, tanpa disadari, di detik ketika kita berhasil mendapat angka waktunya, saat itu juga sang waktu sudah menjadi masa lalu dan kita ternyata sudah ada di masa depan.
Jadi kalau kita memikirkan mengenai hidup secara berlebihan, tanpa disadari kita nggak pernah merasakan hidup ‘di masa kini.’ Yang ada kita malah sibuk memikirkan masa lalu (hari-hari tanpa dia). And it’s wasted!
Faktor mana yang jadi penyebab sesungguhnya kita sulit melupakan pacar atau sahabat yang kita cintai, memang banyak. Mungkin saja penyebabnya sangat ‘dalam’ sehingga sulit dideksripsikan dan disimpulkan. But, let me tell you something: ada kehidupan yang terus berjalan ketika kita seddang bersedih. Karenanya jika orang-orang yang kita sayangi itu tampaknya memang sudah nggak peduli lagi dengan kita, maka nggak ada gunanya buang waktu untuk terus memikirkan dia.
Sebuah lagu musikal jadul, berjudul but not for me, liriknya seperti ini : “although I can’t dismiss the memory of his kiss, I guess he’s not for me.” Yap, bahwa mereka adalah orang spesial yang sulit dilupakan, itu memang nggak bisa kita sangkal. Tapi bahwa kita jadi terus menerus memikirkan mereka sepanjang waktu dan sedih berkepanjangan ? hmmmm, rasanya nggak harus selalu gitu, ya. Mungkin saja mereka memang bukan diperuntukkan untuk kita dan buku cerita tentang dia memang sudah harus ditutup, karena sudah selesai dibaca. It’s time to move on and wove your worries.

0 komentar:

Posting Komentar